LIMA WARGA DIDUGA TERTEMBAK

Kapolda Minta Warga Balaesang Tanjung Tidak Terprovokasi

Donggala-lima warga kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala dikabarkan tertembak. Kelima warga tertembak pada Rabu (18/7) kemarin saat aksi lanjutan hingga berujung bentrok antara warga dengan personel Polres Donggala yang diturunkan melakukan pengamanan di desa Malei.

Kejadian tragsi ini pasca sehari aksi pembakaran basecamp dan alat berat PT. Citra Manunggal Abadi (CMA) dan pengerusakan sejumlah rumah warga Desa Malei oleh Pendemo selasa lalu (17/7).

Sumber Radar Sulteng di TKP yang di Konfirmasi kemarin membenarkan adanya penembakan. Katanya, kelima warga yang tertembak antara lain Masdudin (50), Aksan (45), Idin (35) dan Ma’ruf (32) warga desa Malei dan satu lagi Rusli warga desan Kamonji, kelima korban terkena tembak masing-masing disalah satu bagian tubuhnya.

“penyebab penembakan yang dilakukan polisi dipicu adanya perlawanan yang dilakukan warga pendemo, ketika polisi datang ketempat kejadian perkara didesa Malei untuk melakukan pengamanan,” ujar warga yang enggan disebut namanya.

86 Personel Diturunkan ke Balaesang Tanjung

Karena kehadiran PT. CMA yang telah melakukan eksplorasi biji besi di Balaesang Tanjung memicu Pro dan Kontra, sumber Radar Sulteng lainnya juga yang warga desa Malei menyatakan, awal mula penembakan terjadi ketika polisi hendak melakukan penangkapan paksa terhadap pelaku pembakaran dua unit alat berat dan base camp PT. CMA upaya pihak kepolisian dianggap keterlaluan sehingga ada perlawanan dari warga. Apalagi pada saat itu terjadi penganiayaan kepada warga.

“Kami sekarang memilih mengungsi di gunung. Polisi yang datang mengamankan terlalu arogan sehinggat terjadi perlawanan dari warga. Polisi pun melakukan penembakan,” kata sumber yang saat kejadian langsung mengungsi ke gunung diwilayah Balaesang Tanjung.

Sementara Kapolsek Balaesang, AKP Teguh Basuki, yang dikonfirmasi via pesan singkat (SMS) soal penembakan lima warga mengatakan, penembakan yang dilakukan polisi tidak menggunakan peluru permanen atau besi, tetapi hanya menggunakan peluru karet dan hampa yang digunakan anggota,” tulisannya dalam pesan singkatnya kepada wartawan.

Kapolres Donggala, AKBP Dicky Artanto, juga berhasil dikonfirmasi Radar Sulteng. Dalam pesan singkatnya yang diterima wartawan Koran ini, Kapolres membantah penembakan. Kabar warga yang tertembak di desa Kamonji dinyatakan tidak ada. “tidak ada yang kena peluru,” tulis Kapolres via pesan singkat.

MenanggapI hal ini, Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) sulteng sangat menyesalkan kejadian tersebut. LSM yang konsern dibidang pertambangan ini berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi Pemkab Donggala. Karena apa yang telah terjadi merupakan tanggungjawab Pemkab Donggala dan PT. CMA.

“kami berharap kiranya Bupati Donggala bisa mencabut izin usaha pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pada PT. CMA. Karena justru jadi pemicu ketegangan di masyarakat,” kata Manager Kampanye dan Riset Jatam, Andika. Jatam berpendapat, polisi yang berada di TKP harus bersifat professional dapat mengamankan masalah ini sesuai tugas pokok sebagai pengayom masyarakat.

“kami juga berharap agar kiranya Kapolres Donggala menarik kembali personelnya yang sudah membuat warga cemas karena adanya aksi penembakan,” Pungkasnya.

IMBAU WARGA YANG BENTROK

Terpisah, masyarakat di Kecamatan Balaesang Tanjung, Kabupaten Donggala, diminta tidak mudah terprovokasi, menyusul terjadinya bentrok antar warga diwilayah tersebut. Hal ini disampaikan langsung Kapolda Sulteng, Brigjen Pol Dewa Persana ditemui Rabu Kemarin.

Meenurut Kapolda, permasalahan yang terjadi terkait warga yang pro dan kontra terhadap keberadaan PT. Citra manunggal Abadi (CMA) seharusnya dicarikan solusi dan duduk bersama membahas jalan keluar dari masalah yang timbul didaerah tersebut.

“kami pihak kepolisian melalui Polres Donggala akan berkoordinasi dengan pemerintah setempat, untuk mencarikan solusi dari masalah yang timbul disana,” jelasnya.

Dikatakan Dewa Persana, pihak kepolisian, dalam penyelesaian masalah tidak serta merta mengedepankan pasukan dan senjata. Terlebih dahulu harus diketahui akar masalah dan apa yang menjadi penyebabnya, sehingga warga yang berada dalam satu desa bertikai.

“ini perlu kita kaji izin perusahaan itu bagaimana, dampak lingkungan yang timbul bagaimana, dan apa penyebab sehingga ada warga yang pro dan kontra,” ujar kapolda.

Dia juga mengimbau kepada warga desa tersebut, untuk mudah terprovokasi dan saling menyalahkan satu dengan yang lainya, sehingga melakukan hal-haal yang berbau anarkis, yang malah merugikan individu warga masing-masing.

“kami minta warga yang Pro maupun Kontra terhadap keberadaan perusahaan, untuk menahan diri dan duduk bersama membicarakan masalahnya, hingga ada solusi yang bijak dicapai,” imbuhnya.

Disinggung tentang lambannya piha kepolisian turun ketem[at lkejadian perkara (TKP) dikecamatan Balaesang Selasa (17/7) lalu, dewa persona mengaku kondisi geogrfis desa tersebut terbilang jauh dari kantor Polisi terdekat. Inilah kendala yang menyebabkan pihaknya terkesan lambat tiba dilokasi bentrok warga.

Kabid Humas Polda Sulteng, AKBP Soemarno, mengaku kondisi terakhir di kecamatan Balaesang Tanjung telah berhasil dikendalikan personel Polres Donggala, dipimpin langsung Kapolres Donggala. Sebanyak 86 personel kepolisian telah ditempatkan didesa tersebut guna menghalau aksi lanjutan.

“yang turun merupakan personel gabungan dari Polsek Balaesang, Intel, Reskrim, dan Sabhara Polres Donggala,” sebut Soemarno.

Terkait Informasi yang menyebutkan pada Rabu kemarin, lima orang warga Balaesang Tanjung terkena peluru petugas, Soemarno, mengaku, belum dapat kepastian dari Informasi tersebut.

”Info itu belum kami terima. Kapolres beberapa kali saya telfon tapi belum tersambung,” tandasnya. (cdy/agg).

Sumber: Radar Sulteng: 19 Juli 2012

Tinggalkan Komentar Anda :